Saya teringat sebuah cerita yang dikisahkan oleh seorang guru ketika masih duduk di SD dulu. Ceritanya begini…
Di sebuah hutan yang lebat, para penghuni hutan hidup dengan aman dan damai. Pada suatu pagi yang cerah, seekor kancil dengan gembiranya melahap rumput-rumput muda. Tanpa dia sadari, di semak-semak di belakangnya, seekor harimau sedang bersembunyi. Harimau tersebut telah mengambil ancang-ancang dan tinggal menunggu saat yang tepat untuk menyerang.
Karena tergoda akan kelezatan rumput, kancil jadi lupa diri. Dia tidak memperhatikan situasi sekitar dengan saksama. Pada saat yang dirasa tepat, dengan sekali loncat, kancil tepat berada dalam cengkeraman kuku-kuku harimau yang tajam.
Tanpa menunggu lama, harimau langsung menyantap hasil tangkapannya itu. Namun, belum sempat gigi taringnya merobek kulit si kancil malang tersebut, kancil bersuara nyaring penuh percaya diri, “Sebentar harimau! Mungkin kamu belum tahu kalau saya adalah utusan Tuhan di hutan ini. Semua binatang yang lain telah mengetahuinya. Hanya kamu yang belum tahu hal itu. Kamu tidak boleh memakan saya. Jika tidak, Tuhan akan murka kepadamu.”
Harimau tidak peduli. Langsung dia lanjutkan lagi aksinya yang tertunda tadi untuk menyantap si kancil. Perutnya sudah keroncongan minta diisi daging segar. Akan tetapi, lagi-lagi gigi taringnya belum menyentuh kulit kancil, kancil kembali mengoceh,
“Okay…mungkin kamu baru percaya jika ada buktinya. Akan saya buktikan kepada kamu. Sebenarnya saya juga kasihan melihat kamu. Kamu pasti sudah sangat lapar. Namun, saya juga tidak ingin Tuhan menghukum kamu. Jadi ijinkan saya meyakinkan kamu dengan bukti yang nyata.”
Harimau nampak berpikir sebentar. Lalu dia berkata, “Baik. Sekarang buktikan kalau kamu memang utusan Tuhan. Jika kamu bohong, saya akan langsung mencabik-cabik tubuhmu.”
Kancil senang bukan kepalang. “Sekarang kita akan berkeliling hutan ini. Kamu ikuti saja saya dari belakang. Kita lihat saja bagaimana reaksi penghuni hutan yang lain ketika mereka melihat saya,” kata kancil kepada harimau.
Sejenak kemudian, mereka pun menjelajahi hutan. Harimau dengan setia mengikuti sang kancil. Hal itu juga dimaksudkan untuk menjaga jarak yang tepat kalau-kalau nanti si kancil kabur.
Melihat harimau yang sudah terkenal keangkerannya di seisi hutan tersebut, binatang-binatang yang lain lari tunggang-langgang. Kancil tertawa terkekeh di dalam hatinya melihat kejadian itu.
“Nah, sekarang kamu lihat sendiri dengan mata kepala kamu, semua binatang lain takut sama saya. Benarkan kalau saya adalah utusan Tuhan. Masih berani kamu mau menyantap saya?” Kata si kancil menantang harimau.
Harimau hilang nyalinya. “Ternyata benar kalau kancil adalah utusan Tuhan. Demi kebaikan saya sendiri, sebaiknya saya pergi mencari binatang yang lain,” guman harimau dalam hatinya. Kemudian di melangkah pergi meninggalkan kancil yang girang bukan main.
Melihat hal itu, kancil berlari sekencang-kencangnya ke arah lain sambil tersenyum puas. Dan hidup dengan damai dan bahagia sambil tidak lupa menjadi lebih waspada.
Pesan cerita tersebut jelas…ketika menghadapi masalah, fokuskan energi kita untuk mencari jalan keluarnya.
Kancil bisa saja menyalahkan semak-semak sehingga harimau bisa bersembunyi dengan aman. Atau mungkin malah menyalahkan Tuhan karena itu adalah keinginan Tuhan sehingga dia tertangkap harimau. Menyalahkan takdir.
Namun dia tidak melakukan itu. Dia fokus mencari solusi. Jika dia masih sibuk menyalahkan, mungkin dia keburu mati disikat si harimau.
“Kesulitan, kesukaran dan cobaan hidup, rintangan yang dihadapi di jalan menuju keberuntungan, adalah berkat positif. Ia merajut otot kita menjadi lebih kuat dan mengajarkan keuletan diri. Bahaya adalah unsur dimana kekuatan itu dikembangkan.”
-William Matews
“Kekalahan selalu salah dan membuat anda menyadari apa yang sebenarnya anda inginkan. Ia membuat anda berhenti mengejar kupu-kupu dan membuat anda mulai menggali emas.”
- William Marstan
www.spiritual-motivasi.blogspot.com
* * * * * *
Semoga bermanfaat.
Hermanus Y Lobo
SPIRITUAL MOTIVATOR
eMail : hermanusylobo@gmail.com